kakemerah4d

    Release time:2024-10-08 03:26:52    source:rtp kangtoto hari ini   

kakemerah4d,biaya kuliah di politeknik wilmar,kakemerah4d

Jakarta, CNBC Indonesia - Konflik di kawasan Timur Tengah makin runyam. Kabar terbaru, Minggu (29/9/2024), Kementerian Kesehatan Publik Lebanon mengatakan bahwa 105 orang tewas dan 359 orang terluka kemarin saat Israel terus mengebom Lebanon.

Jumlah korban tewas tertinggi terjadi di Kegubernuran Selatan, di mana 48 orang tewas dan 168 orang terluka di Ain Al-Delb dan Tyre. Kementerian tersebut menambahkan bahwa serangan udara Israel menyebabkan "kerusakan parah" pada rumah sakit Kana di selatan.

Wilayah Baalbek-Hermel di Lembah Beqaa di Lebanon timur juga terkena dampak keras, dengan 33 orang tewas dan 97 orang terluka, menurut kementerian tersebut.

Ada juga korban jiwa yang besar di Kegubernuran Nabatiyeh di selatan negara tersebut, termasuk di kota Marjaayoun.

Israel mengatakan bahwa serangan intensifnya di Lebanon akhir pekan ini menargetkan para operator dan fasilitas Hizbullah, dan menuduh kelompok militan tersebut menggunakan warga sipil sebagai "perisai manusia." Serangan tersebut telah meratakan bangunan tempat tinggal dan menghancurkan infrastruktur publik, yang menyebabkan krisis kemanusiaan yang semakin dalam di negara tersebut.

Mengapa Israel menyerang Lebanon?

Israel membenarkan serangan besar-besarannya terhadap kota-kota Lebanon yang menyebabkan ribuan orang mengungsi. Israel telah melancarkan serangkaian serangan udara di Lebanon.

Ratusan orang Lebanon tewas, banyak yang terluka, dan ribuan orang mengungsi saat mereka berjuang mencari tempat yang aman untuk membawa keluarga mereka.

Mereka menyebut ini sebagai bagian dari "fase baru" perang di Gaza, tentara Israel mengatakan telah menyerang lebih dari 1.000 target di Lebanon, mengklaim bahwa target tersebut adalah benteng Hizbullah atau fasilitas militer yang ditempatkan di rumah-rumah penduduk.

Baca:
Breaking: Israel Jatuhkan Bom di Jantung Kota Beirut

Israel juga mengatakan bahwa mereka menyerang Hizbullah agar dapat memulangkan warganya yang mengungsi ke utara.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengumumkan pengerahan kembali "pasukan, sumber daya, dan energi" ke utara dan Hizbullah saat perang memasuki "fase baru", yang tampaknya menyiratkan bahwa perang di Gaza telah berakhir.

Menurut Gallant, ini adalah bagian dari upaya untuk memulangkan 65.000 warga Israel yang telah diperintahkannya untuk dievakuasi pada hari-hari awal konflik untuk mengantisipasi serangan Hizbullah terhadap rumah-rumah mereka di dekat perbatasan Lebanon.

Serangan besar Hizbullah itu tidak pernah terjadi, tetapi Israel dan Hizbullah telah mempertahankan baku tembak yang terus-menerus di perbatasan selatan Lebanon sejak Oktober 2023.

Hizbullah telah berjanji untuk terus melakukan serangannya hingga Israel mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan sekutu kelompok itu, Hamas, di Gaza.

Dalam konferensi pers pada Senin (23/9/2024), juru bicara militer Israel tidak mengesampingkan kemungkinan invasi darat ke Lebanon, dengan mengatakan, "Kami akan melakukan apapun yang diperlukan untuk membawa pulang semua warga negara kami ke perbatasan utara dengan selamat."

Perang Akan Meluas ke Negara Lain?

Aliansi Israel dan Hizbullah dapat menarik negara lain untuk ikut serta.

Sekutu Israel, Amerika Serikat (AS), mengumumkan akan mengerahkan pasukan tambahan ke wilayah tersebut, tanpa menyebutkan berapa banyak dan untuk tujuan apa. Saat ini AS memiliki sekitar 40.000 tentara di wilayah tersebut.

Hizbullah dan Iran telah bekerja sama sejak Hizbullah berdiri sebagai tanggapan atas invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1982.

Israel telah melancarkan pertempurannya dengan kelompok-kelompok seperti Hamas dan Hizbullah sebagai bagian dari pertempuran yang lebih luas melawan Iran.

Israel, meskipun tidak pernah mengakui memiliki senjata nuklir, diperkirakan memiliki persenjataan sebanyak 90 hulu ledak nuklir.

Iran, meskipun belum memiliki senjata nuklir, dianggap dekat dengannya setelah perjanjian untuk membatasi program nuklir negara itu dibubarkan oleh mantan Presiden AS Donald Trump pada tahun 2018.

Terlepas dari itu, Iran memiliki salah satu militer terbesar dan terkuat di kawasan itu serta jaringan aliansi dengan kelompok-kelompok termasuk Houthi Yaman dan Hamas di Gaza.

Baik AS maupun Iran telah berulang kali menunjukkan diri mereka menyadari risiko yang mungkin ditimbulkan oleh setiap eskalasi. AS meskipun terus mendukung Israel, juga menunjukkan kesadarannya terhadap risiko eskalasi.

Diplomat AS terus memfasilitasi pembicaraan tidak langsung antara Hamas dan Israel untuk mencapai gencatan senjata, dengan Biden bahkan mengumumkan kesepakatan gencatan senjata pada bulan Mei, yang saat itu ia kaitkan dengan Israel. Akan tetapi, kesepakatan itu kemudian ditolak.

Pengaruh Perang Israel-Lebanon ke Komoditas

Hizbullah telah saling serang di perbatasan selatan Lebanon dengan Israel selama hampir setahun, sejak 8 Oktober ketika ia memulai serangannya untuk menghalangi Israel dari perangnya di Gaza, yang telah menewaskan sedikitnya 41.500 orang.

Sejak perang tersebut, beberapa komoditas yang berkaitan erat dengan perang Timur Tengah pun tercatat mengalami kenaikan.

Emas

Sejak perang 8 Oktober 2023, harga emas telah mencatatkan kenaikan sebesar 45% hingga level US$2.657,96 per troy ons pada penutupan perdagangan kemarin Jumat (27/9/2024). Kenaikan ini pun mencetak rekor-rekor tertinggi emas sepanjang masa.

Harga emas sempat menyentuh level tertinggi di US$2.685,42 per troy ons pada perdagangan intraday Kamis (26/9/2024).

Minyak Mentah Dunia

Berbeda dengan emas, harga minyak mentah dunia justru cenderung turun di tengah konflik yang berkecamuk di wilayah Timur Tengah, yang dimana terdapat beberapa produsen minyak mentah dunia.

Harga minyak mentah dunia WTI tercatat anjlok 17,65% sejak perang dimulai 8 Oktober 2024. Kini harga minyak mentah dunia WTI berada di level US$68,18 per barel, Jumat (27/9/2024).

Begitu juga dengan minyak mentah dunia Brent yang mengalami penurunan 14,9% di level US$71,98 per barel hingga perdagangan Jumat (27/9/2024).

Ekonomi Lebanon Alami Guncangan

Dikutip dari Jordan Times, The European Bank for Reconstruction and Development (EBRD) memperkirakan ekonomi Lebanon akan semakin terpuruk pada 2024 karena gejolak geopolitik.

Ekonomi Lebanon diprediksi akan menyusut sebesar 1% pada 2024, dengan EBRD sangat merevisi estimasi yang dibuat pada bulan Mei yang menyatakan bahwa ekonomi yang tertekan itu akan tumbuh sedikit.

Perang Israel di Gaza telah memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara-negara tetangga, dan pertempuran kini semakin meningkat di Lebanon.

"Setiap eskalasi pasti akan membebani pertumbuhan," kata Beata Javorcik, kepala ekonom EBRD, kepada AFP.

Negara tersebut, yang sudah menghadapi kondisi ekonomi yang sulit dan inflasi yang sangat tinggi, telah kehilangan lebih dari 40% dari PDB-nya sejak 2018, menurut laporan bank tersebut.

Bank tersebut menambahkan bahwa "kemandekan politik dan stagnasi dalam kemajuan reformasi kritis terus menghambat pemulihan."

Sumber lain yaitu The New Arab mengatakan bahwa Menteri Ekonomi Lebanon bahkan telah mendesak warga Lebanon untuk tidak "membeli dengan panik" dan menghindari "menimbun kebutuhan dasar," menyatakan bahwa Lebanon memiliki cukup pasokan makanan dan bahan bakar untuk beberapa bulan ke depan dan jalur pasokan tidak terancam.

Amin Salam, menteri ekonomi dan perdagangan sementara Lebanon, mengungkapkan pernyataan tersebut dalam sebuah pertemuan darurat padaSelasa yang mempertemukan serikat pekerja di sektor pasokan makanan, bahan bakar, dan barang-barang dasar.


CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw) Saksikan video di bawah ini:

Prabowo: Hilirisasi Mutlak, Tidak Bisa Ditawar!

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">