jangkrik 2d

    Release time:2024-10-08 00:07:55    source:data pcso 4d   

jangkrik 2d,link bento4d,jangkrik 2dJakarta, CNN Indonesia--

Nama Marie Antoinetteramai dibicarakan sejumlah warganet di media sosial, usai disamakan dengan istriKaesang Pangarep, Erina Gudono.

Menantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu disebut mirip dengan Marie Antoinette karena kerap terlihat mengumbar gaya hidup mewahnya di media sosial.

Lihat Juga :
Dinilai Mirip Demo UU Pilkada RI, Apa Itu Revolusi Gen Z Bangladesh?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sosok Marie selama ini kerap dikaitkan dengan kehidupan glamor, pemborosan, hingga kemerosotan monarki Prancis pada tahun-tahun terakhir rezim.

Dilansir dari berbagai sumber, Marie gemar berjudi bersama para bangsawan. Ia sering kalah judi meski beberapa kali menang.

Lihat Juga :
Kamala Harris Beri Influencer Akses Khusus di Konvensi Demokrat AS

Raja Louis XVI pun dikabarkan sempat khawatir kekayaan kerajaan akan habis karena perjudian yang dilakukan sang istri.

Marie juga sangat menyukai musik dan mode. Dia memainkan berbagai alat musik dan gemar mengenakan gaun-gaun serta menata rambut dengan eksentrik. Menurut literatur, Marie suka membeli 300 gaun dalam setahun.

Pada 1770 sampai 1780-an, Prancis dilanda krisis ekonomi. Kerajaan terlilit utang, salah satunya buntut sikap boros Marie.

Namun, sikap boros Marie hanya sebagian kecil penyebab utang-utang Prancis menumpuk. Faktanya, perang kolonial abad ke-18 khususnya Revolusi Amerika di mana Prancis ikut campur atas nama penjajah, juga membuat Prancis terlilit utang yang begitu besar.

Kondisi itu diperparah dengan aturan pajak Prancis yang diskriminatif karena tidak membebankan pajak bagi bangsawan serta orang-orang yang punya sebagian besar properti di Prancis.

Pilihan Redaksi
  • Gerombolan Kapal Induk AS Mulai 'Kepung' Timteng, Siaga Lawan Iran?
  • Alasan Israel Bunuh Pejabat Fatah saat Perang dengan Hamas di Gaza
  • Mahasiswa RI di Luar Negeri Kompak Tolak Revisi UU Pilkada

Masyarakat biasa pun merasa tertekan karena pajak selangit dan murka karena melihat kehidupan keluarga kerajaan yang tetap glamor.

Warga Prancis lantas menyudutkan kerajaan, utamanya Marie, dengan menyebarkan pamflet dan sindiran-sindiran penuh rasa jijik ke seluruh negeri.

Bukannya berhenti, Marie justru semakin memantik amarah warga. Pada 1783, ia membangun sebuah desa pertanian di tanah Istana Versailles. Alasannya, dia bosan dan ingin mencoba hidup sebagai rakyat jelata.

Desa buatan itu dilengkapi dengan rumah pertanian, pondok, penggilingan, hingga hewan ternak. Tempat ini dibuat untuk Ratu dan teman-temannya bermain atau mungkin 'melarikan diri' dari kecaman masyarakat yang menentangnya.

Di sana, Marie akan berpakaian seperti penggembala wanita dan berpura-pura menjadi petani. Ia juga berjalan di sekitar peternakan hingga memerah susu sapi dan domba.

Tempat itu memang dibuat sangat indah. Tapi, banyak anggota kerajaan hingga masyarakat yang menganggap bahwa Marie sedang mengejek petani.

Bukan cuma perkara desa buatan yang membuat rakyat geram. Kala itu, tersiar juga kabar bahwa Marie dengan sangat sadar meminta rakyatnya memakan kue jika memang tidak mampu membeli roti.



"If the people have no bread, then let them eat cake."

Pernyataan yang sangat fenomenal itu sayangnya tidak terbukti di catatan literatur.

Dilansir dari Biography, komentar tersebut konon dibuat oleh Marie-Thérèse, seorang putri Spanyol yang menikah dengan Raja Louis XIV pada tahun 1660.

Ada pula yang menyebut pernyataan itu dibuat dalam Confessions karya filsuf Jean-Jacques Rousseau, yang ditulis sekitar 1766 ketika Marie Antoinette baru berusia 11 tahun, demikian dikutip dari History.

Kondisi perekonomian negara yang tak kunjung stabil serta kebencian masyarakat terhadap keluarga kerajaan memuncak, revolusi pun tak terelakkan.

Lihat Juga :
KOLOMIroni 'Demokrasi Ala Thailand' dan Kebangkitan Dinasti Shinawatra

Marie diadili pada usia 37 tahun dan dieksekusi mati.

Marie disebut sempat melarikan diri dari Prancis menuju perbatasan Austria, di mana menurut rumor, saudara laki-lakinya menunggu dengan pasukan yang siap menyerang Prancis untuk menggulingkan pemerintahan revolusioner.

Bagi banyak orang, insiden ini merupakan bukti bahwa sang Ratu bukan sekadar orang asing, melainkan "seorang pengkhianat".

Di akhir hayatnya, Marie disebut sempat memohon kepada algojo untuk memaafkannya. Namun, permohonannya tak dikabulkan.

(tim/dna)