nowgoal mobi

    Release time:2024-10-08 03:42:03    source:erek erek 2d 60   

nowgoal mobi,qqturbo88,nowgoal mobiJakarta, CNN Indonesia--

Presiden Rusia VladimirPutin disebut siap menghentikan perang di Ukraina melalui perundingan gencatan senjata.

Dilansir dari Reuters, hal ini disampaikan oleh empat sumber pihak Rusia. Walaupun demikian, mereka juga mengatakan pihaknya siap untuk terus berperang jika Kiev dan negara-negara Barat tidak merespons.

Tiga sumber, yang kerap berdiskusi di rombongan Putin, mengatakan Putin bisa melakukan keduanya yakni berperang atau siap untuk gencatan senjata.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lihat Juga :
Putin Berduka usai Presiden Iran Tewas: Dia Sahabat Sejati Rusia

Saat dimintai tanggapan, juru bicara Putin, Dmitry Peskov mengatakan pemimpin Kremlin telah berulang kali menegaskan bahwa Rusia terbuka untuk berdialog guna mencapai tujuannya, dan mengatakan bahwa negaranya tidak menginginkan 'perang abadi'.

Kementerian luar negeri dan pertahanan Ukraina tidak menanggapi pertanyaan tersebut.

Penunjukan ekonom Andrei Belousov sebagai menteri pertahanan Rusia pada minggu lalu, dipandang oleh beberapa pengamat militer dan politik Barat sebagai bentuk penempatan perekonomian Rusia pada pijakan perang permanen untuk memenangkan konflik yang berkepanjangan.

Hal ini terjadi setelah tekanan medan perang dan kemajuan teritorial yang dilakukan Rusia dalam beberapa minggu terakhir.

Namun, sumber-sumber tersebut mengatakan bahwa Putin, yang terpilih kembali pada bulan Maret untuk masa jabatan enam tahun ke depan, lebih suka menggunakan momentum Rusia saat ini untuk menghentikan perang. Mereka tidak mengomentari secara langsung menteri pertahanan baru tersebut.

Berdasarkan pengetahuan mereka tentang percakapan di kalangan petinggi Kremlin, dua sumber mengatakan Putin berpandangan bahwa kemajuan dalam perang sejauh ini sudah cukup untuk menjual kemenangan kepada rakyat Rusia.

Konflik darat terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua telah menelan puluhan ribu nyawa di kedua belah pihak dan menyebabkan sanksi besar-besaran dari Barat terhadap perekonomian Rusia.

(mrh/asa)